Siapa yang sering dengar ide-ide bisnis yang bagus tapi tidak pernah terlaksana ? pasti banyak bukan ? salah satunya kita sendiri mungkin pernah mengalami hal yang sama, betul ? saya pun juga begitu. Ide itu aset pertama kita, semua pebisnis besar mulai dari pikirannya yaitu IDE nya yang diiringi action. Hanya saja mereka mau mencari solusinya sedangkan beberapa dari kita berhenti di tengah jalan karena merasa tidak mendapat solusinya.
Menjadi Entrepreneur itu pada dasarnya harus inisiatif mencari ilmu gak selalu dicekokin arahan terus sama mentor nya karena kalau seperti itu lebih cocok menjadi employee. Saya coba papar beberapa faktor yang biasanya membuat ide bisnis tidak menjadi kenyataan berdasarkan pengalaman saya :
1.Killer Costs
Ini bukan modal tapi killer costs ini masuk kepada biaya operasional disaat nanti kita menjalankan bisnisnya, kenapa modal tidak termasuk masalah besar ? Justru modal itu problem paling gampang, banyak seminar yang memberi tahu caranya mencari modal gak pakai lama kok kita bisa cari investor (bagi hasil) atau pinjam ke bank.
Nah killer costs ini biasanya muncul karena kesalahan perencanaan yang biasanya didasari kurangnya pengalaman dan hal yang perlu kita ketahui bahwa investor dan bank tidak suka dengan bisnis yang mempunyai pengeluaran yang besar per bulannya karena bisa sangat berisiko bagi mereka.
Misalnya saat saya mengawali bisnis sepatu saya, saya tidak langsung membangun bengkel sendiri, kenapa ? karena dengan membangun bengkel sendiri saya akan menanggung pengeluaran dari gaji karyawan yang sangat besar nah dari situ saya bisa memotong pengeluaran bisnis saya.
Tips : selalu cari cara untuk menutup kebocoran keuangan bisnis kita dan Buatlah perkiraan neraca diatas asumsi yang ada , misalnya dilapangan pengeluaran dalam 1 bulan bisa Rp. 10.000.000 nah di neraca asumsi kita bisa tulis Rp. 12.000.000 atau Rp. 13.000.000 jadi investor dan kita sendiri gak kaget kalau biayanya tiba-tiba meledak atau naik.
2. Tidak ada Sumber Daya Manusia
Ada 2 hal yang sumber penyebabnya :
a. Sumber Daya Manusia nya pada kabur
b. Belum dapat sumber daya yang cukup
Untuk masalah SDM yang poin A saya rasa saya sendiri belum berintegritas untuk menjelaskannya kita perlu belajar leadership lebih banyak dilapangan karena poin pentingnya ada di leadership kita sebagai leader saran saya membaca buku-buku John C. Maxwell bisa menjadi pilihat paling tepat untuk mempelajari leadership.
Nah untuk poin B problemnya biasanya karena kita tidak mau mencari dan berjuang untuk menemukan SDM atau perkiraan yang kita buat tentang kebutuhan SDM yang dibutuhkan untuk usaha kita terlalu banyak. Sadari bahwa kita juga termasuk SDM pada usaha kita sendiri dan pastikan kita juga mau belajar untuk mengerti usaha kita sendiri, saya sendiri bukan wanita tapi usaha saya di bidang sepatu wanita. Suka gak suka mau gak mau kita memang harus mau nyebur dan belajar terus sampai ahli dan bisa diteruskan oleh tim bisnis kita dikemudian hari.
3. Kesalahan Menganalisa Pasar
Ini biasanya sindrom “Blind Marketing” yang hinggap pada orang ber-ego tinggi seperti saya dahulu. Apa sih sebetulnya bentuk penyakit “blind marketing” ? Biasanya terjadi pada entrepreneur yang meriset pasar hanya dengan sepengetahuan dia saja. Misal, saya dulu pernah berpikir bahwa pelanggan saya itu suka sekali dengan wedges maka dari itu saya buat sepatu ready stock berbentuk wedges ternyata meleset customer suka dengan produk flat shoes, kenapa ? karena saya hanya riset pasar menggunakan bola mata saya sendiri, gak jauh beda sama kuda yang dipasangin kaca mata kuda deh.
Pada tulisan saya tentang Entrepreneur’s atittude salah satu karakter yang dimiliki entrepreneur adalah people oriented. Nah market kita orang bukan ? bukan genderuwo, kuntil anak atau pocong sebagainya. Kita harus mengerti market-market kita dengan cara apa ? mengenalnya , mengajak ngobrol dan mengetahui kebiasaan-kebiasaan mereka sama seperti saat kita PDKT sama orang yang kita suka, kalau udah dapat hatinya ditembak pasti dapet kan ? kemungkinan besar jadi pacar bener gak ?
Nah tips dari saya coba kita perhatikan poin-poin ini :
a. Ketahui benar-benar siapa target market kita ( umur , kebiasaan, pekerjaan , kebiasaan dalam mengeluarkan uang, budaya dll. )
b. Pastikan “permintaan” dari pasar terhadap produk semacam yang kita buat itu sustainable jadi bukan “musiman”
c. Pricing yang “tepat” . Terlalu murah jadi murahan terlalu mahal gak ada yang beli. Coba berbicara dengan orang-orang yang sesuai dengan target market kita karena mereka yang tahu jawabannya.
4. Kurang Memiliki Keunikan
Nah unik disini tidak harus unik pada bentuk barangnya saja, namun unik dalam cara menjual, cara membuat, mengiklankannya dll. Hal ini saya bahas di tulisan saya berikutnya tentang USP ( Unique Selling Point ) siapa tahu bisa bermanfaat buat kita semua ya.
No comments:
Post a Comment